Sabtu, 18 Februari 2017

Penelitian Kurikulum PAI di SDN Plumpang III



PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
DI SDN PLUMPANG III
Disusun untuk memenuhi Tugas Mandiri Tekstruktur
Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum
Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI E) STIQ SEMESTER III
TAHUN 2016/2017

Dosen Pengampu  :
Dr. H.SUTRISNO, SE., M.Pd., MM.
NIP : 1955021619031006
 
 

Disusun oleh :
SITI ASROFI KHUNAINAH
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MAKHDUM IBRAHIM
(STITMA)
TUBAN
Jl.Manunggal No.10-12 Telp/fax.(0356)331573
Tuban - Jawa Timur
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat limpahan dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini guna menunjang salah satu tugas terstruktur mata kuliah “Pengembangan Kurikulum”.
Shalawat serta salam tak lupa juga kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umatnya.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Dr. H. Sutrisno, S.E., M.Pd., MM. selaku dosen mata kuliah Pengembangan Kurikulum, dan kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, saran, ide dan kesempatan untuk membuat . Semoga makalah ini dapat menjadikan wawasan yang lebih luas dan memberikan sumbangan pemikiran kepada pembaca.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan pembuatan makalah dimasa yang akan datang.

Tuban,      4  Januari 2016

Penulis


i

Daftar isi
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….… iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG ……………………………………………...1
2.      RUMUSAN MASALAH
2.1  Bagaimana Pelaksanaan kurikulum PAI Di Sekolah ? ………2
2.2  Apa hambatan- hambatan yang dihadapi? …………………..2
2.3  Bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan – hambatan tersebut? ……………………………………………………..2
3.      KEGUNAAN PENULISAN ……………………………………….2
BAB II : PEMBAHASAN
1.      Pelaksanaan Kurikulum Pendidika Agama Islam di Sekolah… 3
2.      Hambatan – hambatan yang dihadapi …………………………5
3.      Upaya mengatasi hambatan – hambatan ……………………... 8
BAB III: PENUTUP
1.      Kesimpulan ……………………………………………………..11
2.      Saran ……………………………………………………………12







ii

BAB  I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Agama Islam adalah petunjuk bagi umat Islam dalam menjalani hidup dan kehidupannya. Jadi, agama itu untuk manusia dan bukan manusia untuk agama. Karena itu, petunjuk agama Islam adalah program hidup yang sejalan dengan hukum-hukum alam yang diciptakan dan ditetapkan Allah SWT dengan hasil capaiannya yang tertinggi yaitu koordinasi yang sempurna dari aspek-aspek spiritual dan material kehidupan manusia. Kedua aspek ini bukan saja dipadukan satu sama lainnya, dalam arti tidak meninggalkan konflik yang melekat antara kehidupan jasmani dan moral, tetapi kerja sama dan paduannya itu tidak dapat dipisahkan dan menjadi dasar hidup yang alami.
Kurikulum bukanlah merupakan suatu yang harus diikuti dan diturut begitu saja dengan mutlak tanpa perubahan dan penyimpangan sedikitpun. Kurikulum lebih merupakan pedoman bagi para guru dalam menjalankan tugasnya. Dalam mempergunakan kurikulum, guru atau pendidik di samping menuruti dan mengikuti apa yang tercantum di dalamnya, berhak dan berkewajiban pula memilih dan menambah materi-materi, sumber-sumber ataupun metode-metode pelaksanaan yang lebih sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat lingkungan sekolah, dan membuang serta mengurangi apa yang dianggapnya sudah tidak sesuai lagi dengan kemajuan dan kebutuhan masyarakat dan negara pada umumnya, serta harus sesuai dengan nilai-nilai Islam bagi kurikulum PAI. Itulah sebabnya maka pelaksanaan kurikulum perlu mendapat perhatian dan pembinaan kurikulum harus diusahakan dan dijalankan.
Oleh karena itu, lembaga pendidikan,  khususnya sekolah dasar harus pandai-pandai mengelola pelaksanaan kurikulum, khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI). Yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap hasil yang telah dicapai, sehingga dapat diformalisasikan dan tercermin dalam perilaku siswa.
2.         Rumusan Masalah
            Berangkat dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:
2.1.    Bagaimana Pelaksanaan kurikulum PAI Di Sekolah ?
2.2.    Apa hambatan- hambatan yang dihadapi?
2.3.    Bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan – hambatan tersebut?
3.         Kegunaan Penulisan
            Dari rumusan masalah diatas, kegunaan penulisan ini adalah :
3.1.      Memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar
3.2       Dapat digunakan sebagai referensi bagi masyarakat untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Pendidikan Agama Islam (PAI) telah disebutkan dalam penegasan istilah bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan.
Pada hakikatnya setiap lembaga pendidikan berusaha mengelola kurikulum secara maksimal agar terwujud pendidikan yang bermutu. Upaya yang ditempuh diantaranya penambahan materi khusus berupa program unggulan sebagai ciri khas lembaga tersebut.
Dan hasil penelitian ini bahwa pelaksanaan kurikulum PAI di SDN PLUMPANG III dilakukan dengan 5 pendekatan terpadu yang meliputi :
1)    Pendekatan formal-struktural, yaitu pendekatan yang dilakukan melalui kegiatan tatap muka formal dalam jam belajar mengajar resmi pada mata pelajaran agama Islam contohnya materi keimanan, ibadah dan akhlak.
Di SDN PLUMPANG III, guru PAI memakai metode dan model pembelajaran yang beragam untuk menyesuaikan pada materi yang diajarkan, juga kondisi siswa di dalam kelas. Selain penyampaikan materi, guru juga memberikan atau mencotohkan hal-hal yang diajarkannya. Jadi Pendidikan secara amaliyah (praktik nyata), pada dasarnya sejalan dengan aturan meniru. Pendidikan model ini memiliki dampak sangat dalam dan berpengaruh besar dari pada pendidikan secara teori.
2)    Pendekatan formal-non struktural, yaitu proses penerapan nilai-nilai Islam secara tidak langsung dalam setiap mata ajaran Iptek  dan keterampilan yang diberikan kepada siswa,
 Di SDN PLUMPANG III, setiap kegiatan pembelajarannya diisi pembiasaan-pembiasaan positif seperti : siswa berbaris rapi lalu bersalaman dengan guru yang saai itu mengajar dikelasnya sebelum memasuki ruangan, memulai pelajaran dengan membaca Asmaul Husna, mengamalkan doa-doa harian, jama’ah sholat dzuhur ditiap harinya mulai kelas 3-6, dan mengadakan infaq tiap hari jum’at untuk seluruh warga sekolah.
3)    Pendekatan personal dengan memberikan keteladanan yang diberikan oleh guru dan pengelola pendidikan utamanya menyangkut aspek akhlak, busana dan ibadah.
Banyak ahli pendidikan yang berpendapat bahwa pendidikan dengan teladan merupakan metode  yang paling efektif, sukses, dan berhasil guna. Hal itu karena dalam belajar, orang pada umumnya lebih mudah menangkap yang kongkrit dari pada yang abstrak. Pendidik kadangkala merasa mudah mengkomunikasikan pesannya secara lisan. Namun anak akan merasa kesulitan apabila ia melihat pendidiknya tidak memberi contoh tentang pesan yang disampaikannya.
4)    Pendekatan cultural melalui penerapan budaya sekolah yang diciptakan, berupa nilai-nilai utama yang dianut dan dikembangkan di sekolah.
5)    Pendekatan social melalui pembinaan pergaulan antar siswa (interaksi) yang selalu diarahkan sesuai dengan nilai-nilai Islam, antara lain nilai-nilai ukhuwah Islamiyah, kejujuran, saling menghargainya, dan sebagainya.
2.         Hambatan yang dihadapi di sekolah
Secara garis besar hambatan yang dihadapi oleh pendidikan agama Islam bisa digolongkan menjadi dua. Pertama, permasalahan yang bersumber dari internal. Maksudnya adalah permasalahan yang muncul dari materi pendidikan agama Islam itu sendiri, karena materi dalam pendidikan agama Islam mayoritas berupa sesuatu yang abstrak. Kedua, permasalahan yang bersumber dari ekternal. Eksternal disini mencakup lingkungan, guru, keadaan ekonomi siswa, politik dan orang tua.[1]
Di SDN PLUMPANG III, hambatan secara umum yang dialami siswa adalah kurangnya kemampuan membaca dan memahami Al-Qur’an. Hal itu dikarenakan kemampuan  siswa dan latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Ada siswa yang pandai dan keluarganya memang sangat peduli akan pendidikannya. Selain disekolahkan, anak juga dimasukkan TPQ dan tambahan les privat. Ada juga siswa yang kurang pandai dan keluarganya kurang begitu memperdulikan pendidikannya. Jadi, sang anak hanya mendapat apa yang diajar guru di sekolah, tanpa ada tambahan belajar apapun.
Diantara hambatan pendidikan PAI yang berhubungan dengan siswa adalah : (1) kurangnya minat siswa untuk memahami ilmu-ilmu agama Islam, (2) kurangnya minat dan kemampuan siswa untuk bisa membaca dan memahami Al-Qur’an,  (3) siswa banyak yang ikut-ikutan bahkan kecanduan games dan media elektronik lainnya.
Hambatan yang muncul dari internal siswa cenderung lebih mudah untuk ditangani. Karena guru bisa memilah dan memilih materi apa yang tepat diajarkan kepada siswa di level belajar tertentu. Kurikulum juga termasuk dalam hambatan yang bersumber dari internal, kurikulum dianggap sebagai pedoman dalam setiap proses belajar mengajar.
           Kuriulum PAI yang digunakan disekolah cenderung memiliki kompetensi yang tidak terlalu luas, lebih-lebih lagi guru PAI seringkali terpaku pada kurikulum yang tidak terlalu komprehensif tersebut. Selain itu, kurikulum PAI lebih cenderung menjelaskan persoalan-persoalan teoretis agama yang bersifat kognitif dan amalan-amalan ibadah praktis. Padahal PAI seharusnya diaplikasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari.[2]
           Kurikulum adalah salah satu komponen operasional pendidikan agama Islam sabagai sistem materi atau disebut juga sebagai kurikulum. Jika demikian, maka materi yang disampaikan oleh pendidik hendaknya mampu menjabarkan seluruh materi yang terdapat di dalam buku dan tentunya juga harus ditunjang oleh buku pegangan pendidik lainnya agar pengetahuan anak didik tidak sempit.
           Disamping itu materi yang diberikan harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik dan tujuan pembelajaran. Sesuai dengan pernyataan Nur Uhbiyati mengenai definisi kurikulum, bahwa kurikulum adalah sejumlah pengalaman pembelajaran, kebudayaan sosial, olah raga dan kesenian yang tersedia di sekolah bagi anak didik dan tujuan di sekolah bagi anak didik dan tujuan didik di dalam dan  di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk perkembangan menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pembelajaran.[3]
           Namun merealisasikan kurikulum yang ada disuatu lembaga pendidikan bukanlah suatu hal yang mudah, sedangkan alokasi waktu untuk pembelajaran pendidikan agama Islam sangat sedikit. Dengan demikian dapat menjadi problem dalam pembelajaran pandidikan agama Islam.
Siswa merupakan ukuran dari keberhasilan suatu pendidikan. Masyarakat selalu menilai keberhasilan pendidikan dari output yang berasal dari siswa. Hambatan yang muncul dari siswa adalah umumnya siswa yang telah belajar selama 12 tahun (SD, SMP, dan SMA), yang mana mata pelajaran agama hanya diajarkan dua jam saja dalam satu minggu,  masih banyak yang belum bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, tidak menjalankan kewajiban sholat secra rutin, tidak beribadah puasa di bulan Ramadhan, dan yang paling penting adalah kurang bisa berprilaku secara benar.[4]
3.         Upaya dalam mengatasi hambatan-hambatan
Ø  Upaya yang dilakukan untuk perkembangan spiritual anak di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
Di SDN Plumpang III, Pendidik membuat buku amaliyah siswa yang isinya mengenai kegiatan siswa sehari-hari mulai dari praktik ibadah, doa harian dan akhlak kehidupan sehari-hari. Pada buku tersebut selalu dicatat kegiatan apa saja yang telah siswa lakukan dalam kegiatannya. Pendidik juga menunjuk seorang siswa yang dianggap lebih tua untuk memantau kegiatan sehari-hari. Untuk aplikasi di luar sekolah pendidik menyuruh siswa untuk saling memperingati dan jika ada yang melanggar maka sanksinya adalah nilai.
Harapan yang selalu ingin dicapai pendidik adalah lulusan mereka bisa membaca Al-Qur'an, mempunyai akhlaq yang baik, serta mempunyai prestasi terutama di bidang keagamaan.
Ø  Upaya yang dilakukan untuk memberi pengetahuan dan pengajaran tentang cara menulis, membaca, dan memahami Al-Qur’an, yaitu:
1)         Lewat pendidikan formal
Di SDN Plumpang III, guru PAI memberikan pengajaran dan praktik langsung kepada siwa dalam belajar menulis, membaca dan memahami Al-Qur’an.
Bukan hanya kegiatan pembelajaran dalam kelas, namun juga ada kegiatan tambahan berupa keikutsertaan siswa di TPQ Roudhotul Athfal yang diselenggarakan sekolah untuk menarik minat siswa dalam mengikuti jam tambahan belajar Al-Qur’an pada jam 3 sore setiap harinya.
2)         Lewat pendidikan informal
            Selain pengajaran di sekolah, siswa dirumah juga diajarkan mengaji di keluarga dan lingkungan sekitarnya. Namun, latar belakang keluarga siswa yang berbeda-beda masih menjadi persoalan saat ini. Ada yang mengajarkan anaknya di guru privat, dimasukkan TPQ, ada juga yang kurang respon akan pendidikan sang anak, padahal peran keluarga adalah sebagai awal pendidik bagi anak sekaligus penentu baik-buruknya pendidikan yang akan dilakukan anak selanjutnya, yaitu pendidikan formal.
3)         Melalui pendidikan Non Formal.
Ada banyak pendidikan non formal di masyarakat, contohnya Bimbingan Belajar, Kursus, home scholling dan sebagainya. Banyak kini orang tua yang memberikan pendidikan model ini pada sang anak. Karena selain pengajaran di sekolah, di TPQ, bimbingan belajar juga dirasa mampu sebagai penunjang belajar anak.



Ø  Pembiasaan nilai-nilai Islami dan Ukhuwah Islamiyah
Penanaman dan pembiasaan nilai-nilai Islami di SDN Plumpang III, Yaitu:
1)      Sebelum pembelajaran dimulai, siswa diwajibkan membaca do’a dan membaca Asmaul Husna
2)      Melaksanakan shalat Dzuhur berjamaah.
3)      Dalam pembelajaran PAI, siswa diajarkan baca tulis Al-Qur’an.
4)      Mengikuti kegiatan ekstra yang diadakan sekolah untuk menambah keterampilan siswa 
5)      Membiasakan perilaku hormat dan santun terhadap guru.
6)      Membiasakan berperilaku saling tolong menolong sesama umat muslim
7)      Membiasakan infaq dan shadaqah.




BAB III
PENUTUP
.1  Kesimpulan             
Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan.
Kurikulum adalah salah satu komponen operasional pendidikan agama Islam sabagai sistem materi atau disebut juga sebagai kurikulum. Jika demikian, maka materi yang disampaikan oleh pendidik hendaknya mampu menjabarkan seluruh materi yang terdapat di dalam buku dan tentunya juga harus ditunjang oleh buku pegangan pendidik lainnya agar pengetahuan anak didik tidak sempit.
            Pelaksanaan kurikulum PAI di SDN Plumpang III adalah dengan 5 pendekatan secara terpadu, yaitu:
1)         Pendekatan formal-struktural,
2)         Pendekatan formal-non struktural,
3)         Pendekatan personal
4)         Pendekatan cultural
5)         Pendekatan social

.  2. Kritik dan Saran
·         Kritik
Banyak pendidikan agama Islam yang lebih banyak berorientasi pada aspek kognitif saja. Padahal pendidikan agama Islam seharusnya lebih berorientasi secara praktisi, maka tidak heran ketika banyak dijumpai anak yang mendapat nilai bagus dalam mata pelajaran agama akan tetapi dalam penerapan dan prilaku keseharian, kadang menyimpang dengan ajaran dan norma agama Islam. 
·         Saran
Pada hakikatnya evaluasi PAI idealnya tidak hanya dalam hal kognitif saja, akan tetapi lebih menekankan pada praktisi, supaya ajaran agama yang telah siswa pelajari bisa terlihat langsung dalam berprilaku sehari-hari. Dan agar kreatifitas guru dalam penerapan kurikulum PAI sesuai dengan yang diharapkan, guru harus benar-benar mampu mengaplikasikannya kepada para peserta didik, dengan menyusun pendekatan-pendekatan dan menerapkan prinsip-prinsip kurikulum PAI dengan baik.


[1] Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan, Manajemen, Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran. (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2009), hal 242
[2] Ibid, hal 243
[3] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1995), hal.75
[4] Muhaimin, Pemikiran, hal 157

Tidak ada komentar:

Posting Komentar