PELAKSANAAN
KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
DI SDN
PLUMPANG III
Disusun
untuk memenuhi Tugas Mandiri Tekstruktur
Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum
Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI E)
STIQ SEMESTER III
TAHUN 2016/2017
Dosen
Pengampu :
Dr. H.SUTRISNO, SE., M.Pd., MM.
NIP : 1955021619031006
Disusun oleh :
SITI ASROFI KHUNAINAH
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MAKHDUM IBRAHIM
(STITMA)
TUBAN
Jl.Manunggal No.10-12 Telp/fax.(0356)331573
Tuban - Jawa Timur
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
berkat limpahan dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini guna
menunjang salah satu tugas terstruktur mata kuliah “Pengembangan Kurikulum”.
Shalawat serta salam tak lupa juga kami
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya dan
seluruh umatnya.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan
dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada bapak Dr. H. Sutrisno, S.E., M.Pd., MM. selaku dosen mata kuliah
Pengembangan Kurikulum, dan kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan,
saran, ide dan kesempatan untuk membuat . Semoga makalah ini dapat menjadikan
wawasan yang lebih luas dan memberikan sumbangan pemikiran kepada pembaca.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi
perbaikan pembuatan makalah dimasa yang akan datang.
Tuban, 4
Januari 2016
Penulis
i
Daftar isi
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….… iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.
LATAR
BELAKANG ……………………………………………...1
2.
RUMUSAN
MASALAH
2.1 Bagaimana Pelaksanaan kurikulum
PAI Di Sekolah ? ………2
2.2 Apa hambatan- hambatan yang
dihadapi? …………………..2
2.3 Bagaimana upaya untuk mengatasi
hambatan – hambatan tersebut?
……………………………………………………..2
3.
KEGUNAAN
PENULISAN ……………………………………….2
BAB II : PEMBAHASAN
1.
Pelaksanaan
Kurikulum Pendidika Agama Islam di Sekolah… 3
2.
Hambatan
– hambatan yang dihadapi …………………………5
3.
Upaya
mengatasi hambatan – hambatan ……………………...
8
BAB III: PENUTUP
1.
Kesimpulan ……………………………………………………..11
2.
Saran ……………………………………………………………12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Agama Islam adalah petunjuk bagi umat Islam dalam menjalani hidup
dan kehidupannya. Jadi, agama itu untuk manusia dan bukan manusia untuk agama.
Karena itu, petunjuk agama Islam adalah program hidup yang sejalan dengan
hukum-hukum alam yang diciptakan dan ditetapkan Allah SWT dengan hasil
capaiannya yang tertinggi yaitu koordinasi yang sempurna dari aspek-aspek
spiritual dan material kehidupan manusia. Kedua aspek ini bukan saja dipadukan
satu sama lainnya, dalam arti tidak meninggalkan konflik yang melekat antara
kehidupan jasmani dan moral, tetapi kerja sama dan paduannya itu tidak dapat
dipisahkan dan menjadi dasar hidup yang alami.
Kurikulum bukanlah merupakan suatu yang harus diikuti dan diturut
begitu saja dengan mutlak tanpa perubahan dan penyimpangan sedikitpun.
Kurikulum lebih merupakan pedoman bagi para guru dalam menjalankan tugasnya.
Dalam mempergunakan kurikulum, guru atau pendidik di samping menuruti dan
mengikuti apa yang tercantum di dalamnya, berhak dan berkewajiban pula memilih
dan menambah materi-materi, sumber-sumber ataupun metode-metode pelaksanaan
yang lebih sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat lingkungan sekolah,
dan membuang serta mengurangi apa yang dianggapnya sudah tidak sesuai lagi
dengan kemajuan dan kebutuhan masyarakat dan negara pada umumnya, serta harus
sesuai dengan nilai-nilai Islam bagi kurikulum PAI. Itulah sebabnya maka
pelaksanaan kurikulum perlu mendapat perhatian dan pembinaan kurikulum harus
diusahakan dan dijalankan.
Oleh karena itu, lembaga pendidikan, khususnya sekolah dasar harus pandai-pandai
mengelola pelaksanaan kurikulum, khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI). Yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
hasil yang telah dicapai, sehingga dapat diformalisasikan dan tercermin dalam
perilaku siswa.
2. Rumusan
Masalah
Berangkat dari
latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diajukan adalah sebagai
berikut:
2.1. Bagaimana
Pelaksanaan kurikulum PAI Di Sekolah ?
2.2. Apa
hambatan- hambatan yang dihadapi?
2.3. Bagaimana
upaya untuk mengatasi hambatan – hambatan tersebut?
3. Kegunaan
Penulisan
Dari rumusan masalah diatas, kegunaan penulisan ini
adalah :
3.1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam
pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar
3.2 Dapat digunakan sebagai referensi bagi
masyarakat untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kurikulum
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Pendidikan Agama Islam (PAI) telah disebutkan dalam penegasan
istilah bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk
menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan.
Pada hakikatnya setiap lembaga pendidikan berusaha
mengelola kurikulum secara maksimal agar terwujud pendidikan yang bermutu. Upaya yang ditempuh
diantaranya penambahan materi khusus berupa program unggulan sebagai ciri khas
lembaga tersebut.
Dan hasil penelitian ini bahwa
pelaksanaan kurikulum PAI di SDN PLUMPANG III dilakukan dengan 5 pendekatan
terpadu yang meliputi :
1) Pendekatan formal-struktural, yaitu pendekatan yang dilakukan
melalui kegiatan tatap muka formal dalam jam belajar mengajar resmi pada mata
pelajaran agama Islam contohnya materi keimanan, ibadah dan akhlak.
Di SDN PLUMPANG III, guru PAI
memakai metode dan model pembelajaran yang beragam untuk menyesuaikan pada
materi yang diajarkan, juga kondisi siswa di dalam kelas. Selain penyampaikan
materi, guru juga memberikan atau mencotohkan hal-hal yang diajarkannya. Jadi Pendidikan secara amaliyah (praktik nyata), pada
dasarnya sejalan dengan aturan meniru. Pendidikan model ini memiliki dampak
sangat dalam dan berpengaruh besar dari pada pendidikan secara teori.
2) Pendekatan formal-non struktural, yaitu proses penerapan
nilai-nilai Islam secara tidak langsung dalam setiap mata ajaran Iptek dan keterampilan yang diberikan kepada siswa,
Di SDN
PLUMPANG III, setiap kegiatan pembelajarannya diisi pembiasaan-pembiasaan positif
seperti : siswa berbaris rapi lalu bersalaman dengan guru yang saai itu
mengajar dikelasnya sebelum memasuki ruangan, memulai pelajaran dengan membaca
Asmaul Husna, mengamalkan
doa-doa harian, jama’ah sholat
dzuhur ditiap harinya mulai kelas 3-6, dan mengadakan infaq tiap hari jum’at
untuk seluruh warga sekolah.
3) Pendekatan personal dengan memberikan keteladanan yang diberikan
oleh guru dan pengelola pendidikan utamanya menyangkut aspek akhlak, busana dan
ibadah.
Banyak ahli pendidikan yang
berpendapat bahwa pendidikan dengan teladan merupakan metode yang paling efektif, sukses, dan berhasil
guna. Hal itu karena dalam belajar, orang pada umumnya lebih mudah menangkap
yang kongkrit dari pada yang abstrak. Pendidik kadangkala merasa mudah
mengkomunikasikan pesannya secara lisan. Namun anak akan merasa kesulitan
apabila ia melihat pendidiknya tidak memberi contoh tentang pesan yang
disampaikannya.
4) Pendekatan cultural melalui penerapan budaya sekolah yang
diciptakan, berupa nilai-nilai utama yang dianut dan dikembangkan di sekolah.
5) Pendekatan social melalui pembinaan pergaulan antar siswa
(interaksi) yang selalu diarahkan sesuai dengan nilai-nilai Islam, antara lain
nilai-nilai ukhuwah Islamiyah, kejujuran, saling menghargainya, dan sebagainya.
2. Hambatan yang dihadapi di sekolah
Secara garis besar hambatan yang dihadapi oleh pendidikan agama Islam
bisa digolongkan menjadi dua. Pertama, permasalahan yang bersumber dari
internal. Maksudnya adalah permasalahan yang muncul dari materi pendidikan
agama Islam itu sendiri, karena materi dalam pendidikan agama Islam mayoritas
berupa sesuatu yang abstrak. Kedua, permasalahan yang bersumber dari ekternal.
Eksternal disini mencakup lingkungan, guru, keadaan ekonomi siswa, politik dan
orang tua.[1]
Di SDN PLUMPANG III, hambatan secara umum yang dialami siswa adalah
kurangnya kemampuan membaca dan memahami
Al-Qur’an. Hal itu dikarenakan kemampuan siswa dan latar belakang keluarga yang
berbeda-beda. Ada siswa yang pandai dan keluarganya memang sangat peduli akan
pendidikannya. Selain disekolahkan, anak juga dimasukkan TPQ dan tambahan les
privat. Ada juga siswa yang kurang pandai dan keluarganya kurang begitu
memperdulikan pendidikannya. Jadi, sang anak hanya mendapat apa yang diajar
guru di sekolah, tanpa ada tambahan belajar apapun.
Diantara hambatan pendidikan PAI yang berhubungan dengan siswa
adalah : (1) kurangnya minat siswa untuk memahami ilmu-ilmu agama Islam, (2)
kurangnya minat dan kemampuan siswa untuk bisa membaca dan memahami
Al-Qur’an, (3) siswa banyak yang
ikut-ikutan bahkan kecanduan games dan media elektronik lainnya.
Hambatan yang muncul dari internal siswa cenderung lebih mudah
untuk ditangani. Karena guru bisa memilah dan memilih materi apa yang tepat
diajarkan kepada siswa di level belajar tertentu. Kurikulum juga termasuk dalam
hambatan yang bersumber dari internal, kurikulum dianggap sebagai pedoman dalam
setiap proses belajar mengajar.
Kuriulum PAI yang digunakan disekolah cenderung memiliki kompetensi yang tidak
terlalu luas, lebih-lebih lagi guru PAI seringkali terpaku pada kurikulum yang
tidak terlalu komprehensif tersebut. Selain itu, kurikulum PAI lebih cenderung
menjelaskan persoalan-persoalan teoretis agama yang bersifat kognitif dan
amalan-amalan ibadah praktis. Padahal PAI seharusnya diaplikasikan dalam
kehidupan nyata sehari-hari.[2]
Kurikulum adalah salah satu komponen operasional pendidikan agama Islam sabagai
sistem materi atau disebut juga sebagai kurikulum. Jika demikian, maka materi
yang disampaikan oleh pendidik hendaknya mampu menjabarkan seluruh materi yang
terdapat di dalam buku dan tentunya juga harus ditunjang oleh buku pegangan
pendidik lainnya agar pengetahuan anak didik tidak sempit.
Disamping itu materi yang diberikan harus sesuai dengan tingkat perkembangan
anak didik dan tujuan pembelajaran. Sesuai dengan pernyataan Nur Uhbiyati mengenai
definisi kurikulum, bahwa kurikulum adalah sejumlah pengalaman pembelajaran,
kebudayaan sosial, olah raga dan kesenian yang tersedia di sekolah bagi anak
didik dan tujuan di sekolah bagi anak didik dan tujuan didik di dalam dan
di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk perkembangan menyeluruh dalam
segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pembelajaran.[3]
Namun
merealisasikan kurikulum yang ada disuatu lembaga pendidikan bukanlah suatu hal
yang mudah, sedangkan alokasi waktu untuk pembelajaran pendidikan agama Islam
sangat sedikit. Dengan demikian dapat menjadi problem dalam pembelajaran
pandidikan agama Islam.
Siswa merupakan ukuran dari keberhasilan suatu pendidikan.
Masyarakat selalu menilai keberhasilan pendidikan dari output yang berasal dari
siswa. Hambatan yang muncul dari siswa adalah umumnya siswa yang telah belajar
selama 12 tahun (SD, SMP, dan SMA), yang mana mata pelajaran agama hanya
diajarkan dua jam saja dalam satu minggu, masih banyak yang belum bisa
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, tidak menjalankan kewajiban sholat
secra rutin, tidak beribadah puasa di bulan Ramadhan, dan yang paling penting
adalah kurang bisa berprilaku secara benar.[4]
3. Upaya
dalam mengatasi hambatan-hambatan
Ø Upaya yang
dilakukan untuk perkembangan spiritual anak di lingkungan sekolah maupun di
luar sekolah.
Di SDN Plumpang III, Pendidik membuat buku amaliyah siswa yang
isinya mengenai kegiatan siswa sehari-hari mulai dari praktik ibadah, doa
harian dan akhlak kehidupan sehari-hari. Pada buku tersebut selalu dicatat
kegiatan apa saja yang telah siswa lakukan dalam kegiatannya. Pendidik juga
menunjuk seorang siswa yang dianggap lebih tua untuk memantau kegiatan
sehari-hari. Untuk aplikasi di luar sekolah pendidik menyuruh siswa untuk
saling memperingati dan jika ada yang melanggar maka sanksinya adalah nilai.
Harapan yang selalu ingin dicapai pendidik adalah lulusan mereka
bisa membaca Al-Qur'an, mempunyai akhlaq yang baik, serta mempunyai prestasi
terutama di bidang keagamaan.
Ø Upaya yang
dilakukan untuk memberi pengetahuan dan pengajaran tentang cara menulis,
membaca, dan memahami Al-Qur’an, yaitu:
1) Lewat pendidikan formal
Di SDN Plumpang III, guru PAI memberikan pengajaran dan praktik
langsung kepada siwa dalam belajar menulis, membaca dan memahami Al-Qur’an.
Bukan hanya kegiatan pembelajaran dalam kelas, namun juga ada
kegiatan tambahan berupa keikutsertaan siswa di TPQ Roudhotul Athfal yang
diselenggarakan sekolah untuk menarik minat siswa dalam mengikuti jam tambahan
belajar Al-Qur’an pada jam 3 sore setiap harinya.
2) Lewat pendidikan
informal
Selain pengajaran
di sekolah, siswa dirumah juga diajarkan mengaji di keluarga dan lingkungan
sekitarnya. Namun, latar belakang keluarga siswa yang berbeda-beda masih
menjadi persoalan saat ini. Ada yang mengajarkan anaknya di guru privat,
dimasukkan TPQ, ada juga yang kurang respon akan pendidikan sang anak, padahal
peran keluarga adalah sebagai awal pendidik bagi anak sekaligus penentu
baik-buruknya pendidikan yang akan dilakukan anak selanjutnya, yaitu pendidikan
formal.
3) Melalui pendidikan
Non Formal.
Ada banyak pendidikan non formal di masyarakat, contohnya Bimbingan
Belajar, Kursus, home scholling dan sebagainya. Banyak kini orang tua
yang memberikan pendidikan model ini pada sang anak. Karena selain pengajaran
di sekolah, di TPQ, bimbingan belajar juga dirasa mampu sebagai penunjang
belajar anak.
Ø Pembiasaan
nilai-nilai Islami dan Ukhuwah Islamiyah
Penanaman dan pembiasaan nilai-nilai Islami di SDN Plumpang III,
Yaitu:
1)
Sebelum pembelajaran dimulai, siswa diwajibkan membaca do’a dan
membaca Asmaul Husna
2)
Melaksanakan shalat Dzuhur berjamaah.
3) Dalam
pembelajaran PAI, siswa diajarkan baca tulis Al-Qur’an.
4) Mengikuti kegiatan ekstra yang diadakan
sekolah untuk menambah keterampilan siswa
5) Membiasakan
perilaku hormat dan santun terhadap guru.
6)
Membiasakan berperilaku saling tolong menolong sesama umat muslim
7)
Membiasakan infaq dan shadaqah.
BAB III
PENUTUP
.1 Kesimpulan
Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan
terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau
latihan.
Kurikulum
adalah salah satu komponen operasional pendidikan agama Islam sabagai sistem
materi atau disebut juga sebagai kurikulum. Jika demikian, maka materi yang
disampaikan oleh pendidik hendaknya mampu menjabarkan seluruh materi yang
terdapat di dalam buku dan tentunya juga harus ditunjang oleh buku pegangan
pendidik lainnya agar pengetahuan anak didik tidak sempit.
Pelaksanaan
kurikulum PAI di SDN Plumpang III adalah dengan 5 pendekatan secara terpadu,
yaitu:
1) Pendekatan
formal-struktural,
2) Pendekatan
formal-non struktural,
3) Pendekatan
personal
4) Pendekatan
cultural
5) Pendekatan
social
. 2.
Kritik dan Saran
·
Kritik
Banyak
pendidikan agama Islam yang lebih
banyak berorientasi pada aspek kognitif saja. Padahal pendidikan agama Islam seharusnya
lebih berorientasi secara praktisi, maka tidak heran ketika banyak dijumpai
anak yang mendapat nilai bagus dalam mata pelajaran agama akan tetapi dalam
penerapan dan prilaku keseharian, kadang menyimpang dengan ajaran dan norma
agama Islam.
·
Saran
Pada hakikatnya evaluasi PAI idealnya tidak hanya dalam hal
kognitif saja, akan tetapi lebih menekankan pada praktisi, supaya ajaran agama
yang telah siswa pelajari bisa terlihat langsung dalam berprilaku sehari-hari.
Dan agar kreatifitas guru dalam penerapan kurikulum PAI sesuai dengan yang
diharapkan, guru harus benar-benar mampu mengaplikasikannya kepada para peserta
didik, dengan menyusun pendekatan-pendekatan dan menerapkan prinsip-prinsip
kurikulum PAI dengan baik.
[1]
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan,
Manajemen, Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran. (Jakarta, PT
Raja Grafindo Persada, 2009), hal 242
[2]
Ibid, hal 243
[3]
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1995), hal.75
[4]
Muhaimin, Pemikiran, hal 157
Tidak ada komentar:
Posting Komentar